Jalan menuju Alloh sebanyak hitungan nafas makhluk
06/09/2010 4:35:57
ما من نفس تبديه الاّ وله قدر فيك يمضيه
Tiada satu nafaspun yang keluar dari diri manusia melainkan berasal dari pemberian Alloh SWT bukan dari manusia itu sendiri. Dan dari tiap-tiap nafas yang mengalir tersebut terdapat takdir / kepastian Alloh terhadap diri kita, adakalanya berupa keta’atan, atau maksiyat, atau ni’mat atau ujian.
Maka setiap nafas yang terjadi pada diri manusia itu merupakan tempat/cawan bagi takdir Alloh Yang Maha Haqq. Dan sepatutnya kita senantiasa menjaga adab/tatakrama kepada-Nya.
Dan kiranya inilah makna ucapan para ulama :
الطرق الى الله بعدد أنفاس الخلق
Jalan kepada Alloh sebanyak hitungan nafas para makhluk.
Dan bukankah tiada sesuatupun yang terjadi di dunia ini melainkan ada peran serta Alloh di dalamnya, tidak terkecuali nafas kita. Dan manakala nafas itu berlalu, maka saat itu juga waktu juga berlalu, dan umur kita juga berlalu tanpa bisa kembali lagi ke zaman dahulu. Oleh karena itu sayang sekali jika perbendaharaan yang tiada ternilaih ini dilewatkan begitu saja tanpa membawa makna penghambaan diri kehadirat Alloh SWT.
Dari itulah beberapa thariqah mengajarkan kepada kita zikir hifzul anfas, yaitu zikir menjaga nafas kita agar tidak berlalu dengan sia-sia, antara lain dengan melafalkan kalimat هو (Hu/Dia) ketika menarik nafas dan melafalkan lafaz لله ketika melepaskan nafas (dan itu dilakukan dengan zikir sirr/tersembunyi tidak terucap di lidah tetapi mengalir di dalam hati). Dan tentu saja lebih sempurna jika dilakukan dibawah bimbingan seorang syaikh thariqah.
Do’a hanya untuk melahirkan rasa butuh kepada-Nya
Adapun orang ‘Ariif, maka mereka tiada melihat selain hanya Alloh Ta’ala semata, yang mereka cari secara hakikat bukan dari makhluk meskipun secara lahiriah yang mereka dapatkan adalah melalui perantaraan makhluk.
Tetaplah berjalan jangan berhenti
Manakala seorang salik berkeinginan untuk berhenti pada sesuatu yang telah dibukakan untuk dirinya (dari beberapa ma’rifat), niscaya akan ada seruan dari alam hakikat “Sesungguhnya yang engkau cari (bukan itu) tetapi masih berada di depanmu”. Dan manakala ditampakkan keindahan alam semesta (yang menarik hati untuk condong kepadanya, maka hakikatnya akan menyeru, “Sesungguhnya aku ini adalah fitnah oleh karena itu janganlah engkau kufur”.
Orang yang menempuh perjalanan menuju Alloh akan ditampakkan di tengah perjalanannya berbagai cayaha dan rahasia-rahasia. Apabila timbul keinginan untuk berhenti pada penampakan-penampakan itu, dimana ia berkeyakinan bahwa ia telah sampai pada tujuan dan ma’rifah, niscaya akan ada seruan yang lembut (hatif) dari alam hakikat, “sesungguhnya sesuatu yang engkau cari masih berada di depanmu, oleh karena itu bersungguh-sungguhlah dalam berjalan dan jangan berhenti”. Dan manakala diperlihatkan keelokan dunia dan alam semesta beserta kecantikannya sehingga membuat hati condong dan tertarik kepadanya, niscaya ia akan dipanggil dari alam hakikat, “sesungguhya aku adalah fitnah maka janganlah engkau kufur dan pejamkanlah matamu dari semua itu dan janganlah engkau berpaling kepadanya, dan abadikansuluk (perjalananmu)”.
Ketahuilah sesungguhnya apabila engkau masih memiliki hasrat dan keinginan selain Alloh berarti engkau masih dalam perjalanan yang jauh dan belum sampai tujuan. Jika engkau membersihkan segala keinginanmu, niscaya telah sampailah engkau. Alangkah sesuainya apa yang disampaikan oleh Abul Hasan At-Tustari mengenai hal di atas :
Dan janganlah engkau menoleh kepada yang lain dalam perjalananmu
Karena sesungguhnya segala sesuatu selain Alloh akan berubah
Maka jadikanlah dzikir kepada-Nya sebagai perisai
Pada kesempatan lain dikatakan,” Ingatlah jika engkau ingin mendapatkan bagian dari apa yang diperoleh para kekasih Alloh, wajib bagi kamu untuk meninggalkan manusia kecuali mereka yang dapat menunjukkanmu jalan kepada Alloh baik dengan isyarah yang benar dan amal yang kokoh yang tidak berlawanan dengan kitab dan sunah, dan berpalinglah dari dunia secara keseluruhan. Dan janganlah kamu termasuk golongan orang yang berpaling dari dunia akan tetapi mengharapkan sesuatu yang lain, akan tetapi jadikanlah keberpalingan itu menuju penghambaan kepada Alloh SWT yang memerintahkanmu untuk berpaling dari musuh-Nya. Apabila engkau telah mendapatkan dua perkara ini (berpaling dari manusia dan zuhud atas dunia) maka engkau akan teguh bersama Alloh dengan bermuraqabahkepada-Nya, senantiasa bertaubat, beristighfar dan senantiasa kembali kepada-Nya, tunduk dengan hukum-hukum-Nya, dan istiqamah
Adapun penafsiran masalah di atas yaitu, bahwa engkau berdiri sebagai hamba Alloh dan selalu mengawasi hatimu agar hatimu tidak melihat sesuatu di dunai ini selain Dia. Apabila datang di hatimu sesuatu selain Dia, maka akan ada seruan kebenaran (hatif yang haq) yang berkata, “Sesungguhnya engkau telah buta dari jalan kebenaran. Bagaimana engkau berdiri dihadapan Alloh dengan keadaan seperti itu sementara engkau telah pula mendengarkan firman-Nya
وَكَانَ اللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَ قِيْبَا
,” ” Dan sesungguhnya Alloh mengawasi segala sesuatu”.
Maka pada saat itu akan tumbuhlah rasa malu pada dirimu yang akan membawamu kepada taubat dan semestinya engkau abadikan taubatmu
Pilihan-Nya adalah yang terbaik
Janganlah engkau menuntut dari-Nya agar Dia mengeluarkanmu dari suatu keadaan dan menjadikanmu pada kondisi yang lain yang engkau inginkan, karena jika Dia menghendaki niscaya Dia akan menjadikanmu sesuai yang engkau inginkan tanpa harus mengeluarkanmu dari keadaanmu yang sekarang.
Sebagaimana seseorang berada dalam suatu keadaan atau kondisi yang tidak ia suka baik itu berhubungan dengan masalah dunia atau agama, maka tidak semestinya dia berkeinginan keluar dari keadaan tersebut atas inisiatif sendiri dan berpaling dari hukum waktu–nya, karena yang demikian ini sama saja ia menginginkan sesuatu yang tidak di wujudkan oleh Alloh SWT pada saat itu sebagaimana diterangkan pada bab terdahulu :
ما ترك من الجهل شيئا من اراد ان يحدث في الوقت غير ما اظهره الله فيه
Tidak terlepas dari sifat kebodohan, orang yang hendak mengadakan sesuatu pada waktu yang الله tidak mengadakannya pada saat itu
Maka yang mesti ia lakukan adalah tidak berpaling dari hukum waktu dan tidak mencari sesuatu dari Tuhannya agar Ia dikeluarkan dari keadaan tersebut, karena yang demikian ini termasuk memilih-milih sesuatu untuk keinginan dirinya bukan menyerahkan pilihan Tuhan untuk dirinya. Oleh karena itu yang terbaik adalah ber-adab- / tatakrama yang baik dihadapan-Nya dan memilih kehendak-Nya daripada kehendak diri sendiri. Apabila sudah demikian, maka akan tampak jelas kebenaran keadaan dirinya dan akan terlihat jelas kecintaan / mahabah nya kepada Alloh Ta’ala. Maka ia akan berbuat sebagaimana perbuatan kekasih, sementara ia tetap pada keadaan / ahwalnya tanpa harus keluar dari ahwal tersebut. Maka jadilah ia ketika itu sebagai orang yang selalu dalam kehendak Alloh bukan kehendak diri sendiri, dan pasti hal itu lebih baik daripada apa yang ia pilih untuk dirinya.
Di dalam kitab Tanwir dikisahkan, diantara mereka ada yang berkata :
“Aku pernah menginginkan jika aku dapat meninggalkan semua sebab-sebab rizki (tidak bekerja / bertajrid) sementara setiap hari aku bisa mendapatkan dua potong roti. Dan yang demikian ini aku maksudkan agar aku dapat santai dari kepayahan mencari rizki”.
Orang tersebut melanjutkan kisahnya :
“Maka suatu saat aku dimasukkan ke dalam penjara, dan di sana setiap hari aku mendapatkan dua potong roti sampai waktu yang cukup lama, hingga aku merasa sangat bosan. Maka aku memikirkan masa laluku yang menginginkan dua potong roti setiap hari, sehingga terbersit dalam hatiku sebuah suara, “Sesungguhnya engkau menginginkan dari-Ku dua potong roti setiap hari akan tetapi engkau tidak meminta kepada-Ku kebaikan dan keselamatan. Oleh karena itu Aku beri engkau apa yang engkau minta”. Maka aku mohon ampun dan kembali kepada Alloh dan tiba-tiba pintu penjara terketuk sehingga aku selamat dapat keluar dan kembali ke tempat tinggalku”.
Maka beretikalah wahai orang mukmin dan janganlah engkau meminta untuk dikeluarkan dari suatu keadaan atau dimasukkan dalam suatu keadaan yang lain, karena yang demikian ini termasuk su’ul adab bersama Alloh. Bersabarlah engkau dari pada keluar dari suatu keadaan atas inisiatif dirimu sendiri, mungkin akan engkau dapatkan apa yang engkau inginkan, akan tetapi tidak engkau dapatkan kedamaian di dalamnya.
استسلام
ما ترك من الجهل شيئا من اراد ان يحدث في الوقت غير ما اظهره الله فيه
Tidak terlepas dari sifat kebodohan, orang yang hendak mengadakan sesuatu pada waktu yang الله tidak mengadakannya pada saat itu.
Apaila الله تعالى menempatkan seorang hamba pada suatu haal (keadaan) dari beberapa keadaan yang menghendaki ia harus konsisten pada keadaan tersebut, maka hendaknya ia senantiasa bersikap dengan adab yang baik agar ia tetap berada di dalam ahwal yang diberikan الله kepadanya,
.
.
.Baca Selengkapnya di sini
.
.
Bagaimana Mungkin الله Terhijab Dari Kita
كيف يتصور ان يحجبه شيء وهو الذى اظهر كل شيء
Bagaimana digambarkan bahwa sesuatu dapat menghalangi Dia / menjadi hijab bagi الله padahal Dia-lah Yang menampakkan segala sesuatu. (atas apa yang Ia sinarkan sehingga tampaklah seluruh alam yang semula tidak ada menjadi wujud)
.
.
Baca Selengkapnya di sini.
.
.
كل شيء هالك الا وجه
Segala sesuatu akan binasa kecuali Allah
Telah sepakat pendapat para ‘arifiin dan ahli hakikat demikian pula isyarah mereka atas apa yang tersebut di atas bahwa segala sesuatu selain الله pada hakikatnya adalah عدم (tidak ada) jika disandingkan dan disifatkan dengan wujud الله SubhanaHu wa Ta’ala, Karena apabila disifatkan sama dengan sifat-Nya maka sama saja sebagai penyekutuan ( الشرك ). Dan yang demikian ini berlawanan dengan kemurnian tauhid. الله SWT telah berfirman :
كل شيء هالك الا وجهه
Segala sesuatu akan binasa kecuali الله.
Dan telah bersabda رسول الله SAW, “Sebenar-benar kalimat yang diucapkan di dalam sya’ir adalah, “
ألا كل شيء ما خلا الله باطل : وكل نعيم لامحالة زائل
Ingatlah bahwa segala sesuatu selain الله adalah bathil
Dan segala kenikmatan sudah pasti akan sirna
’Apa bila hawa nafsu dibelenggu dengan meninggalkan perbuatan dosa maka hati akan dapat menjelajah alam malakut
بسم الله الرحمن الرحيم
كيف يشرق القلب صور الاكوان منطبعة في مرأته ام كيف يرحل الى الله وهو مكبل بشهواته ام كيف يطمع ان يدخل حضرة الله وهو لم يطهر من جنابة غفلاته ام كيف يرجو ان يفهم دقا ئق الاسرار وهو لم يتب من هفواته
BAGAIMAAN HATI DAPAT BERSINAR SEDANGKAN GAMBAR RUPA-RUPA ALAM TERPAHAT DI DALAM CERMINNYA. ATAU BAGAIMANA HATI DAPAT SEGERA BERANGKAT KEPADA ALLAH SWT PADAHAL IA TERBELENGGU DENGAN SYAHWAT-SYAHWATNYA. BAGAIMANA KITA SANGAT MENGINGINKAN DAPAT MASUK KE HADIRAT ALLAH SWT SEDANGKAN HATI BELUM SUCI DARI KOTORNYA KELALAIAN. BAGAIMANA KITA MENGHARAPKAN DAPAT MEMAHAMI HALUSNYA RAHASIA-RAHASIA SESUATU PERKARA SEDANGKAN HATI BELUM BERTAUBAT DARI KESALAHAN-KESALAHANNYA.
Engkau mengharapkan dapat merasakan manisnya tha’at sedangkan hatimu bersama selain Allah
بسم الله الرحمن الرحيم
ما نفع القلب مثل العزلة يدخل بها ميدان فكر
TIDAK ADA SESUATU YANG LEBIH BERMANFAAT PADA HATI SEORANG MURID SEPERTI UZLAH, KARENA DENGAN UZLAH (IA) AKAN DAPAT MEMASUKI ALAM BERFIKIR YANG LUAS
Terus menerus mengobati penyakit hati adalah wajib bagi seorang murid yang hendak menempuh perjalanan ke akhirat/mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun kebanyakan penyakit adalah dominannya pengaruh tabi’at hawa nafsu yang umum berlaku sehari-hari pada manusia seperti apa yang selalu berlawanan dengan hukum agama dan kebenaran, dan berpegang teguh pada adat kebiasaan, dan selalu patuh tunduk kepada hawa nafsu, ramah – bermurah hati dengan hukum panca indera…….Baca selengkapnya
barang siapa yang mau memukul kepalaku ini maka akan aku beri kembang gula
Dan yang seperti terdapat dalam kisah yang diriwayatkan tentang Abu Yazid al-Busthami RA yang memerintahkan seseorang yang diketahui ada kesombongan di dalam hatinya, maka beliau memerintahkan untuk mencukur rambut dan jenggotnya kemudian menggantungkan sesuatu di lehernya yang dipenuhi dengan kembang gula, kemudian memerintahkannya untuk berjalan berkeliling negeri dan berkata kepada setiap anak kecil yang ditemuinya, “barang siapa yang mau memukul kepalaku ini maka akan aku beri kembang gula”………….Baca tulisan selengkapnya di sini
Amal lahiriyah adalah seperti kerangka, sedangkan ruuhnya adalah adanya ikhlas di dalamnya.
Amal lahiriah diumpamakan seperti kerangka yang tidak memiliki ruh, maka tidaklah ada manfaatnya. Adapun ruh dari amal sehingga amal tersebut menjadi hidup adalah adanya sirri /tersembunyinya ikhlas di dalam amal.
Maka ikhlas itu berbeda-beda menurut berbeda-bedanya maqam dan tingkatan yang dimiliki seseorang. Apabila termasuk golongan abrar, maka keikhlasannya adalah selamatnya amal mereka dari riya’ yang tersembunyi maupun yang terang-terangan………..READ MORE
Amal dhahir selamanya mengikuti keadaan bathin
Bermacam-macam amal (yang dilakukan hamba Allah) disebabkan berbeda-bedanya warid (kondisi/suasana hati yang diberikan Allah kepada hambanya).
Yang dimaksud warid adalah keadaan atau suasana hati yang mendorong kepada melakukan amal perbuatan. Dan terkadang disebut pula hal demikian ini dengan istilah al-haal. Terkadang kita melihat ada seorang murid rajin mengerjakan shalat, dan sebagian lainnya sibuk dengan mengerjakan puasa, yang demikian ini karena warid dari Allah menarik orang untuk condong mengerjakan sesuatu amal tertentu. Oleh karena itu diutamakan bagi setiap orang untuk beramal sesuai dengan warid atau feeling yang datang ke dalam hati mereka, pabila ia tidak mendapatkan bimbingan dari Syaikh atau guru spiritual yang membimbingnya. Akan tetapi apabila ia dibawah bimbingan syaikh, maka janganlah ia menyibukkan diri terhadap sesuatu amalan apapun tanpa izin dan restu syaikhnya.
Jangan sedih krn sedikit amal
Jangan sedih karena sedikit amal
Maka bagaimanakah pendapatmu jika engkau melihat السيد الزهاد (pemimpin para zahid) dan قطب العباد dan القطب الاولياء – Imamnya para wali dan para autad yang tinggal di dalam sebuah gua di pegunungan Thurtus, dagingnya seakan bercerai berai, dan kulitnya mengalirkan nanah sehingga dikerumuni lalat dan semut. Apabila datang waktu malam hatinya tidak puas-puasnya ia berdzikir kepada الله dan mensyukuri atas rahmat yang telah diberikan kepadanya dan ia menganggap semua itu adalah keselamatan yang diberikan الله untuknya hingga ia mengikat dirinya pada sebatang besi menghadap qiblat pada seluruh malam yang dilaluinya sampai terbit fajar…….
.
.
.
……….Baca Selengkapnya di sini
Tiada keraguan terhadap janji Allah
JANGAN SAMPAI MEMBUATMU RAGU TERHADAP JANJI ALLAH Yang dijanjikan kepadamu oleh Tuhanmu melalui mimpi dalam tidurmu, atau melalui kalam Malaikat atau melalui ilham APABILA TIDAK TERWUJUD APA YANG TELAH DIJANJIKAN, MESKIPUN TELAH JELAS DITETAPKAN WAKTUNYA (OLEH ALLAH), SUPAYA KERAGUAN ITU TIDAK MERUSAKKAN MATA HATI KAMU DAN TIDAK MEMADAMKAN CAHAYA SIR (RAHSIA ATAU BATIN) KAMU.
Apabila seseorang telah dijanjikan sesuatu oleh Tuhannya dan telah dijelaskan pula waktu datangnya janji tersebut, kemudian janji itu tidak terjadi sesuai dengan yang ia ketahui, maka jangan sampai hal yang demikian ini menyebabkan keraguan terhadap janji Tuhan. Bisa jadi terwujudnya janji tersebut masih bergantung dengan beberapa sebab dan beberapa syarat menurut hikmah, ilmu, dan kehendak serta pilihan Allah. Dan hal seperti ini yang dialami sebagian aulia yang mendapatkan berita bahwa akan terjadi sesuatu pada tahun ini. Kemudian hal tersebut tidak terjadi. Maka keadaan ini tetap tidak menyebabkan keraguan dan tetap yakin akan terjadinya apa yang dijanjikan, akan tetapi disikapi dengan meneliti keadaan dirinya dan semakin meningkatkan adab di hadapan Tuhannya, dan hatinya tetap mantap dengan janji itu dan tidak meraguinya. Demikian pula tidak goyah i’tikadnya . oleh karena itu barang siapa yang mampu bersikap demikian, sesungguhnya ia telah ‘aarifun biLlah (mengerti Tuhannya), selamat bashirahnya, bersinar sirrnya. Apabila tidak, maka keadannya adalah sebaliknya. Al-Haqq SWT tidaklah mengingkari janji. Maka seharusnya bagi seorang hamba mengetahui posisi dan keadaan dirinya serta ber adab di hadapan Tuhannya dan hatinya tetap mantap dan tenang dengan janji Allah serta tidak ragu-ragu sedikitpun.
Tiada doa yang tertolak
لاتكن تأخر امد العطاء مع الالحاح فى الدعاء موجبا ليأسك فهو ضمن لك الاجابة فيما يختار لك لافيما تختار لنفسك, فى الوقت الذى يريد لافي الوقت الذى تريد
JANGANLAH KARANA KELAMBATAN MASA PEMBERIAN TUHAN KEPADA KAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB الله MENJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN-NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN.
Hukum yang berlaku bagi seorang hamba adalah jika ia tidak menentukan pilihan untuk dirinya dan tidak menentukan suatu keadaan dari beberapa keadaan yang ia anggap baik bagi dirinya di hadapan Tuhannya, karena pada hakekatnya ia sama sekali tidak mengetahui apa yang baik bagi dirinya di hadapan Tuhannya. Terkadang ia membenci sesuatu padahal itu baik baginya. Dan terkadang ia mencintai sesuatu padahal itu buruk baginya.
Telah berkata Sayyidy Syaikh Aby’l Hasan Asy-Syadzily RA , “Janganlah engkau memilih sesuatu dalam hal urusanmu, dan memilihlah untuk tidak memilih. Dan larilah dari pilihan itu dan dari larimu dari pilihan itu kepada الله Azza WaJalla. Dan Tuhanmu telah menciptakan segala sesuatu dan memilihnya.
Telah datang seseorang menghadap Syaikh Abu’l Abbas Al-Mursy RA dan pada saat itu beliau sedang mengalami kesakitan. Maka berkatalah orang tersebut, “Semoga الله menyembuhkanmu wahai tuanku.” Namun Syaikh Abu’l Abbas hanya diam saja dan tidak menjawab. Kemudian untuk beberapa saat orang itu diam. Kemudian orang itu berkata lagi, “Semoga الله memberikan kesentosaan kepada engkau wahai tuanku”. Maka berkatalah Syaikh Abu’l Abbas, ‘Adapun engkau memintakan kepadaku sesentosaan, sesungguhnya aku telah memintanya. Dan keadaan apa yang ada padaku sekarang ini adalah termasuk kesentosaan. Demikianlah RasuluLlah SAW telah meminta keselamatan kepada الله Ta’ala kemudian beliaupun mengalami cedera pada perang khaibar. Dan Sayyidina abu Bakar Ash-Shiddiq RA telah meminta keselamatan kepada الله Ta’ala dan sesudah itu beliau meninggal karena diracun. Dan Sayyidina ‘Umar RA telah meminta keselamatan kepada الله Ta’ala dan setelah itu beliau meninggal karena Tha’un. Dan Sayyidina Utsman RA telah meminta kepada الله Ta’ala keselamatan, namun setelah itu beliau meninggal dalam keadaan tersembelih. Dan Sayyidina ‘Aly RA telah memohon kepada الله Ta’ala keselamatan, dan setelah itu beliau meninggal karena dibunuh. Apabila engkau memohon kepada الله Ta’ala kesentosaan, maka memohonlah kepadanya sekiranya menurut-Nya itu adalah kesentosaan bagimu.
.
.
.Baca Selengkapnya Klik di sini