بسم الله الرحمن الرحيم

Malu

Galaxi

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللّهَ يَرََى

Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya اللهmelihat segala perbuatannya (Al-‘Alaq 14)

رَسُْولُ اللّه SAWW bersabda :

اَلْحَيَاءُ مِنَ الاِيْمَان

“Malu itu sebagian dari iman”.

Suatu hari رَسُْولُ اللّه SAWW memberi pelajaran kepada para sahabat :

اِسْتَحْيُوْامِنَ اللّهِ تَعَالََى  قَالُوْا اِنَّا نَسْتَحْيِيْ يَا نَبِيَّ اللّهِ وَالْحَمْدُ لِلّهِ  قَالَ  لَيْسَ ذلِكَ  وَلَكِنْ مَنِ اسْتتَحْيَا مِنَ اللّهِ حقَّ الْحَيَّا ءِ فَالْيَحْفَطْ الّرأسَ وَمَا وَعَى وَلِيَحْفَظْ الْبَطْنَ وَمَا حَوَى  وَلِيَذْكُرَ الْمَوْتَ وَالْبَلَى  وَمَنْ اَرادَ الآخِرَةَ تَرَكََ زِيْنَةَ الدُّنْيَا  فَمَنْ فَعَلَ ذلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنَ اللّهِ حَقَّ الْحَيَاء

Malulah kalian pada الله dengan sebenar-benar malu”.

Para sahabat menjawab, “Sesungguhnya kami telah merasa malu wahai Nabi Alloh. Kami bersyukur dapat berbuat demikian”.

Beliau bersabda, “Bukan demikian ! akan tetapi orang yang malu pada الله yang sebenarnya adalah orang yang menjaga kepalanya dan apa yang terekam di dalamnya, menjaga perut dan apa yang dihimpunnya, dan ingatlah kalian pada kematian dan bahayanya. Barang siapa menghendaki kampung akhirat maka tinggalkanlah perhiasan dunia. Barang siapa mampu mengerjakan demikian, maka sungguh dia telah malu kepada الله dengan sebenar-benar malu”.

Sebagian orang bijak mengatakan, “Malulah kalian dengan rasa malu yang sesungguhnya di majlis orang-orang yang memiliki rasa malu”.

Ibnu Atha’ mengatakan, “Ilmu terbesar adalah rasa segan dan malu. Jika segan dan malu telah hilang, maka tida ada kebaikan yang tersisa di dalamnya”.

Dzun Nun Al-Mishri mengatakan, “Rasa malu adalah adanya rasa segan di dalam hati bersamaan dengan keterlepasan segala sesuatu yang telah lewat dari dirimu menuju ke hadirat Tuhanmu”.

Dikatakan, “Cinta adalah berbicara, rasa malu adalah diam membisu, dan rasa takut adalah kegelisahan”.

Abu Utsman mengatakan, “Orang yang berbicara dengan suasana hati yang diliputi rasa malu, tetapi apa yang dibicarakannya tidak di dalam suasana rasa malu karena الله maka dia adalah orang yang menipu”.

Hasan Al-Hadad bertamu ke rumah AbduLlah bin Manazil.

“Dari mana kamu, “ Tanya tuan rumah.

“Dari majlis Abul Qasim Al-Mudzakir”.

“Tentang apa dia berbicara ?”.

“Tentang malu”.

“Sungguh mengherankan orang yang tidak punya rasa malu kepada الله bagaimana dia bisa berbicara masalah malu ?”

As-Sirri As-Saqathi bekata, “Sesunggunya rasa malu dan jinak  memasuki hati. Jika di dalamnya keduanya menemukan zuhud dan wara’ maka keduanya akan turun. Jika tidak, maka keduanya akan pergi”.

Ahmad Al-Jariri mengatakan, “Sebagian manusia pada kurun pertama bekerja sama dengan agama dalam hal-hal di antara mereka hingga agama menjadi tipis. Kemudian pada kurun kedua bekerja sama dengan pemenuhan janji hingga pemenuhan itu sendiri itu hilang. Kemudian pada kurun ketiga bekerjasama dengan keperwiraan hingga keperwiraan itu sendiri hilang. Kemudian pada kurun keempat bekerja sama dengan rasa malu hingga rasa malu itu hilang. Dan akhirnya jadilah api yang bekerja sama dengan kesenangan dan ketakutan. Dikatakan dalam firman-Nya :

وَلَقَدْْ أَهَمَّ بِهِ وَهَمَّ بِِهَا  لَوْلآ أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِِّهِ

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya” (Yusuf 20)

Sesungguhnya burhan atau tanda kebesaran Tuhan (bukti) melemparkan pakaian pada wajah berhala di sisi rumah. Yusuf AS berkata, “Apa yang sedang kamu kerjakan ?”

Burhan tadi menjawab, “Saya malu pada الله”.

Yusuf AS pun menimpalinya, “Saya lebih utama daripada kamu untuk malu kepada الله”.

Di dalam firman-Nya disebutkan, “

فَجَاءتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِى عَلَى اسْتِحْيَاءِ

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan kemalu-maluan (Al-Qashas 25)

Ayat ini ditafsiri dengan mengartikan sesungguhnya wanita itu malu kepada Musa AS karena berani memintanya untuk datang bertamu ke rumahnya. Dia malu pada kemungkinan tidak bersedianya Musa AS atas undanganya. Sifat pengundang yang malu ini merupakan cermin dari sifat malu yang mulia.

Abu Sulaiman Ad-Darani menuturkan bahwa اللهberfirman, “Hai Hamba-Ku sesungguhnya engkau tidak malu kepada-Ku padahal Aku telah menjadikan manusia lupa pada aib-aibmu, menjadikan bumi lupa pada dosa-dosamu, menghapus keteledoranmu dari kitab catatan induk dan tidak akan mendebat hasil hitungan (catatan amalmu) pada hari kiyamat”.

Diceritakan ada seorang lelaki mengerjakan shalat di luar masjid, lalu ditanyakan kepadanya, “Mengapa kamu tidak masuk saja dan mengerjakan shalat di dalamnya ?” Dia menjawab, “Saya malu kepada الله untuk masuk ke dalam rumah-Nya sementara saya sering bermaksiyat kepada-Nya”.

Dikatakan diantara tanda-tanda orang yang punya rasa malu adalah tidak melihat “tempat” yang dipandang memalukan.

Sekelompok ulama sufi bercerita,  Kami di waktu malam pernah melakukan perjalanan jauh dan melewati berbagai tempat yang menjadi sarang harimau. Tiba-tiba di tempat itu kami menemukan seorang laki-laki yang sedang tidur sementara kudanya dibiarkan merumput di samping kepalanya. Kami mencoba menggerakkan tubuhnya dan iapun terbangun.

“Tidakkah kamu takut tidur di tempat yang menakutkan. Ini adalah tempat sarang harimau”. Kata kami mencoba mengingatkannya.

Namun lelaki itu tidak menampakkan ketakutan sama sekali di raut wajahnya. Dia mengangkat kepalanya lalu mengatakan, “Saya malu kepada اللهuntuk takut pada selain-Nya”. Dia kembali meletakkan kepalanya dan tertidur.

الله memberi wahyu kepada Nabi Isa AS,“Nasihatilah dirimu, jika telah menasehati dirimu maka nasihatilah manusia. Jika tidak malulah kamu kepada-Ku untuk memberi nasihat kepada manusia”.

Dikatakan, malu memiliki beberapa bentuk. Malu karena satu pelanggaran sebagaimana Adam AS ketika ditanyakan kepadanya “Apakah kamu akan lari dari Kami ?” lalu dijawab, “Tidak bahkan malu kepada-Mu”.

Malu karena kekurangan sebagaimana yang dikatakan para malaikat, “Maha Suci Engkau tidaklah kami dapat menyembah-Mu sebenar-benar penyembahan”.

Malu karena pengagungan sebagaimana malaikat Israfil AS ketika mengenakan sayapnyan karena malu kapada الله.

Malu karena kemuliaan sebagaimana رَسُْولُ اللّه SAWW yang malu pada umatnya yang hendak meminta mereka keluar (dari acara undangan perjamuan akan tetapi beliau malu mengatakan, maka اللهberfirman :

ولآ مُسْتَأ نِسِيْنَ لِحَدِيْثً

Dan janganlah kalian terlalu asyik memperpanjang percakapan (Al-Ahzab 53).

Malu karena hubungan kerabat sebagaimana Imam Ali RA ketika ditanya Miqdad bin Aswad tentang masalah madzi sampai dia menanyakannya kepada رَسُْولُ اللّه SAWW, dia malu karena mengingat kedudukan Fatimah RA sebagai puteri رَسُْولُ اللّه SAWW yang menjadi isterinya.

Malu karena perendahan sebagaimana Nabi Musa AS yang mengatakan, “Sesungguhnya saya butuh sedikit dunia yang membuat saya malu untuk meminta kepada-Mu wahai Tuhan”. الله pun menimpalinya, “Mintalah kepada-Ku hingga adonanmu tergarami dan kambingmu diberi makan”.

Malu karena penganugerahan. Malu semacam ini merupakan sifat malu milik Tuhan yang terjadi ketika Dia menyodorkan buku catatan kepada hamba setelah dia selesai melewati shiratal mustaqim menuju surga. Tuhan memberikan buku catatan itu dalam keadaan tertutup rapat seraya mengatakan, “Enkau telah melakukan ….engkau telah melakukan…. Saya sungguh malu untuk menampakkan catatan itu kepadamu. Pergi, dan saya benar-benar telah mengampunimu”.

Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan bahwa Yahya bin Muadz mengatakan, “Maha Suci Dzat yang hamba-Nya berbuat dosa namun Dia malu kepadanya”.

Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Ada lima tanda kesengsaraan yaitu hati yang keras, mata yang beku, sedikit malu, cinta dunia, dan panjang angan-angan”. Dalam sebagian kitab disebutkan, “tidak ada seorang hambapun yang mencapai separuh hak-Ku. Dia berdoa kepada-Ku dan Saya malu menolaknya. Di bermaksiyat kepada-Ku tetapi tidak malu kepada-Ku”.

Yahya bin Muadz mengatakan, “Barang siapa malu kepada الله dalam keadaan ta’at, maka الله akan malu kepadanya ketika dia melakukan dosa”. Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan, “Ketahuilah sesungguhnya malu mengharuskan pencarian”.. dikatakan pula, malu adalah pengerutan hati untuk pengagungan Tuhan. Dikatakan, jika seseorang duduk untuk memberikan peringatan kepada manusia, maka dua malaikat memangggilnya seraya berkata, “Nasihatilah dirimu dengan apa-apa yang kamu nasihatkan kepada kawanmu. Jiak tidak, maka malulah kepada Tuhanmu Yang selalu melihatmu.

Al-Junaid ditanya tentang malu, lalu dijawab,” Memandang buruk dan kurang  terhadap perbuatan baikmu. Diantara dua perbuatan itu akan lahir suatu kondisi yang dinamakan malu”

Muhammad Al Washiti berkata, “Tidak akan merasakan kelezatan malu seseorang yang merobek ketentuan hukum atau melanggar janji”.

Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan, “Malu adalah meninggalkan pengakuan di hadapan الله”. Abu Bakar Al-Warraq berkata, “Terkadang saya shalat dua reka’at karena الله lalu berpaling dari keduanya. Kondisi saya dalam posisi sebagai orang yang berpaling dari pencurian semacam ini merupakan bentuk rasa malu”.

13 November 2009 Posted by | Risalah Al-Qusyairiyah | 5 Komentar

Tetaplah berjalan jangan berhenti

4

Manakala seorang salik berkeinginan untuk berhenti pada sesuatu yang telah dibukakan untuk dirinya (dari beberapa ma’rifat), niscaya akan ada seruan dari alam hakikat “Sesungguhnya yang engkau cari (bukan itu) tetapi masih berada di depanmu”. Dan manakala ditampakkan keindahan alam semesta (yang menarik hati untuk condong kepadanya, maka hakikatnya akan menyeru, “Sesungguhnya aku ini adalah fitnah oleh karena itu janganlah engkau kufur”.

Orang yang menempuh perjalanan menuju Alloh akan ditampakkan di tengah perjalanannya berbagai cayaha dan rahasia-rahasia. Apabila timbul keinginan untuk berhenti pada penampakan-penampakan itu, dimana ia berkeyakinan bahwa ia telah sampai pada tujuan dan ma’rifah, niscaya akan ada seruan yang lembut (hatif) dari alam hakikat, “sesungguhnya sesuatu yang engkau cari masih berada di depanmu, oleh karena itu bersungguh-sungguhlah dalam berjalan dan jangan berhenti”. Dan manakala diperlihatkan keelokan dunia dan alam semesta beserta kecantikannya sehingga membuat hati condong dan tertarik kepadanya, niscaya ia akan dipanggil dari alam hakikat, “sesungguhya aku adalah fitnah maka janganlah engkau kufur dan pejamkanlah matamu dari semua itu dan janganlah engkau berpaling kepadanya, dan abadikansuluk (perjalananmu)”.

Ketahuilah sesungguhnya apabila engkau masih memiliki hasrat dan keinginan selain Alloh berarti engkau masih dalam perjalanan yang jauh dan belum sampai tujuan. Jika engkau membersihkan segala keinginanmu, niscaya telah sampailah engkau. Alangkah sesuainya apa yang disampaikan oleh Abul Hasan At-Tustari mengenai hal di atas :

Dan janganlah engkau menoleh kepada yang lain dalam perjalananmu

Karena sesungguhnya segala sesuatu selain Alloh akan berubah

Maka jadikanlah dzikir kepada-Nya sebagai perisai

Pada kesempatan lain dikatakan,” Ingatlah jika engkau ingin mendapatkan bagian dari apa yang diperoleh para kekasih Alloh, wajib bagi kamu untuk meninggalkan manusia kecuali mereka yang dapat menunjukkanmu jalan kepada Alloh baik dengan isyarah yang benar dan amal yang kokoh yang tidak berlawanan dengan kitab dan sunah, dan berpalinglah dari dunia secara keseluruhan. Dan janganlah kamu termasuk golongan orang yang berpaling dari dunia akan tetapi mengharapkan sesuatu yang lain, akan tetapi jadikanlah keberpalingan itu menuju penghambaan kepada Alloh SWT yang memerintahkanmu untuk berpaling dari musuh-Nya. Apabila engkau telah mendapatkan dua perkara ini (berpaling dari manusia dan zuhud atas dunia) maka engkau akan teguh bersama Alloh dengan bermuraqabahkepada-Nya, senantiasa bertaubat, beristighfar dan senantiasa kembali kepada-Nya, tunduk dengan hukum-hukum-Nya, dan istiqamah

Adapun penafsiran masalah di atas yaitu, bahwa engkau berdiri sebagai hamba Alloh dan selalu mengawasi hatimu agar hatimu tidak melihat sesuatu di dunai ini selain Dia. Apabila datang di hatimu sesuatu selain Dia, maka akan ada seruan kebenaran (hatif yang haq) yang berkata, “Sesungguhnya engkau telah buta dari jalan kebenaran. Bagaimana engkau berdiri dihadapan Alloh dengan keadaan seperti itu sementara engkau telah pula mendengarkan firman-Nya

وَكَانَ اللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَ قِيْبَا

,”Dan sesungguhnya Alloh mengawasi segala sesuatu”.

Maka pada saat itu akan tumbuhlah rasa malu pada dirimu yang akan membawamu kepada taubat dan semestinya engkau abadikan taubatmu

22 Oktober 2009 Posted by | Al-HIkam | 3 Komentar

Pilihan-Nya adalah yang terbaik

Janganlah engkau menuntut dari-Nya agar Dia mengeluarkanmu dari suatu keadaan dan menjadikanmu pada kondisi yang lain yang engkau inginkan, karena jika Dia menghendaki niscaya Dia akan menjadikanmu sesuai yang engkau inginkan tanpa harus mengeluarkanmu dari keadaanmu yang sekarang.

 Sebagaimana seseorang berada dalam suatu keadaan atau kondisi yang tidak ia suka baik itu berhubungan dengan masalah dunia atau agama, maka tidak semestinya dia berkeinginan keluar dari keadaan tersebut atas inisiatif sendiri dan berpaling dari hukum waktu–nya, karena yang demikian ini sama saja ia menginginkan sesuatu yang tidak di wujudkan oleh Alloh SWT pada saat itu sebagaimana diterangkan pada bab terdahulu :

ما ترك من الجهل شيئا من اراد ان يحدث في الوقت غير ما اظهره الله فيه

Tidak terlepas dari sifat kebodohan, orang yang hendak mengadakan sesuatu pada waktu yang الله tidak mengadakannya pada saat itu

Maka yang mesti ia lakukan adalah tidak berpaling dari hukum waktu dan tidak mencari sesuatu dari Tuhannya agar Ia dikeluarkan dari keadaan tersebut, karena yang demikian ini termasuk memilih-milih sesuatu untuk keinginan dirinya bukan menyerahkan pilihan Tuhan untuk dirinya. Oleh karena itu yang terbaik adalah ber-adab- / tatakrama yang baik dihadapan-Nya dan memilih kehendak-Nya daripada kehendak diri sendiri. Apabila sudah demikian, maka akan tampak jelas kebenaran keadaan dirinya dan akan terlihat jelas kecintaan / mahabah nya kepada Alloh Ta’ala. Maka ia akan berbuat sebagaimana perbuatan kekasih, sementara ia tetap pada keadaan / ahwalnya tanpa harus keluar dari ahwal tersebut. Maka jadilah ia ketika itu sebagai orang yang selalu dalam kehendak Alloh bukan kehendak diri sendiri, dan pasti hal itu lebih baik daripada apa yang ia pilih untuk dirinya.

Di dalam kitab Tanwir dikisahkan, diantara mereka ada yang berkata :

“Aku pernah menginginkan jika aku dapat meninggalkan semua sebab-sebab rizki (tidak bekerja / bertajrid) sementara setiap hari aku bisa mendapatkan dua potong roti. Dan yang demikian ini aku maksudkan agar aku dapat santai dari kepayahan mencari rizki”.

Orang tersebut melanjutkan kisahnya :

“Maka suatu saat aku dimasukkan ke dalam penjara, dan di sana setiap hari aku mendapatkan dua potong roti sampai waktu yang cukup lama, hingga aku merasa sangat bosan. Maka aku memikirkan masa laluku yang menginginkan dua potong roti setiap hari, sehingga terbersit dalam hatiku sebuah suara, “Sesungguhnya engkau menginginkan dari-Ku dua potong roti setiap hari akan tetapi engkau tidak meminta kepada-Ku kebaikan dan keselamatan. Oleh karena itu Aku beri engkau apa yang engkau minta”. Maka aku mohon ampun dan kembali kepada Alloh dan tiba-tiba pintu penjara terketuk sehingga aku selamat dapat keluar dan kembali ke tempat tinggalku”.

Maka beretikalah wahai orang mukmin dan janganlah engkau meminta untuk dikeluarkan dari suatu keadaan atau dimasukkan dalam suatu keadaan yang lain, karena yang demikian ini termasuk su’ul adab bersama Alloh. Bersabarlah engkau dari pada keluar dari suatu keadaan atas inisiatif dirimu sendiri, mungkin akan engkau dapatkan apa yang engkau inginkan, akan tetapi tidak engkau dapatkan kedamaian di dalamnya.

14 Oktober 2009 Posted by | Al-HIkam | 3 Komentar

Bocah Misterius

images

“Hey kamu… mari sini!” sapa Luqman halus kepada seorang bocah yang dengan sengaja mengganggu anak kecil lain yang sedang berpuasa.

“Siapa nama kamu…? Dari mana kamu asalnya …?” tanya Luqman sambil memegang lengan bocah itu. Sebetulnya Luqman gemas, tapi ia tahan kegemasan itu.

Meski ditanya dengan sopan, bocah itu malah balik mendelik ke arah Luqman dan tertawa menyeringai! Tawa bocah itu membuat Luqman melepaskan pegangannya seketika.

Luqman merasa bocah ini bukanlah anak sembarangan. Sungguh pun penampilannya kayak bocah biasa. Kaos plus celana pendek. Agak lusuh, tapi bersih.

Luqman melihat mata bocah itu. Mata itu bukanlah mata anak manusia pada umumnya. Ditambah lagi, sebelumnya Luqman tidak pernah melihat bocah itu di kampungnya. Luqman sudah bertanya ke sana kemari, adakah tetangga kampungnya atau orang di kampungnya yang mengenali siapa bocah itu dan siapa keluarganya. Semua orang yang ditanya Luqman menggelengkan kepala, tanda tidak tahu….

Bocah itu menjadi pembicaraan di Kampung. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja di atasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini, bagi orang kampung, menyebalkan. Bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan ke sana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat di plastik es tersebut. Pemandangan tersebut menjadi pemandangan biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa. Pemandangan tak mengenakkan ini justru terjadi di tengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari di kampung itu lebih terik dari biasanya.

Luqman mendapat laporan dari orang-orang di kampungnya mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memeragakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi kemudian orang itu dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

Luqman memutuskan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap ba’da dzuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga!

Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu hadir. Benar, ia menari-nari sambil menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas mengundang orang lain untuk menelan ludah tanda ingin meminum es itu juga. Luqman menegurnya. Cuma ya itu tadi. bukannya takut, bocah itu malahan mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar menelan Luqman.

“Bismillah…” Luqman kembali mencengkram tangan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir kalau memang bocah itu adalah bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan, apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia akan mencari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu.

Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman menyentakkan tangannya, menyeret halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan mata penuh tanya orang-orang yang melihatnya.

” Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukannya ini adalah kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman seakan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.

“Maaf ya… Itu karena kamu melakukannya di bulan puasa…,” jawab Luqman dengan halus, “apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa… Lalu bukannya ikut menahan lapar dan haus, kamu malah menggoda orang dengan tingkahmu itu….”

Sebenarnya Luqman masih mau mengeluarkan unek-uneknya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap mata Luqman lebih tajam lagi…

“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal itu ketimbang saya…? Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinan pada sebelas bulan di luar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami?

Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?

Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal?

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja kalian menahan rasa lapar dan haus? Ketika beduk magrib bertalu, ketika azan magrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…?”

Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi Luqman kesempatan menyela. Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata demikian tegas dan terdengar sangat “menusuk”, kini ia bersuara lirih, mengiba.

“Ketahuilah Tuan…. Kami berpuasa tanpa ujung … Kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa lantaran memang tidak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah Tuan, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuanlah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan Idul Fitri?

Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian juga menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan Idul Fitri?

Tuan… sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya.

Tuan… kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini. Apa yang saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…

Tuan, sadarkah Tuan akan ketidakabadian harta? Lalu mengapakah masih saja mendekap harta secara berlebih?

Tuan… sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat. Tahukah Tuan, akan adanya azab Tuhan yang menimpa…?

Tuan… jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan… jangan merasa perut ‘ kan kenyang esok lantaran tersimpan pangan ‘tuk setahun. Tuan… jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi, kelak…”

Wuah… entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Perkataan demi perkataan meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya!

Hal ini menambah keyakinan Luqman bahwa bocah ini bukan bocah sembarangan.

Habis berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran di depan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang!

Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, kembali ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa betullah adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.

Bocah tadi juga memberi Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada di atas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.

Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya.

Sekarang yang ada di pikirannya, mau dipercaya atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang. Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki kebercahayaan hati.

Pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

Kami terus berpuasa meski bukan saatnya berpuasa,

lantaran ketiadaan makanan,

lantaran ketiadaan minuman.

Kami berpuasa tanpa ujung!

kami lapar… sementara perut kalian kenyang.

Kami sakit, tanpa ada obat, apalagi biaya berobat…

sementara kalian menambah terus kesakitan kami

dengan mempertontonkan kemewahan dunia di hadapan kami…

di depan mata kami….

yang sedang berpakaian kemiskinan.

Kami menangis, kami merintih,

adakah di antara kalian yang peduli …?

7 Oktober 2009 Posted by | Artikel sufi | 3 Komentar

BUKTI TAWASUL NABI NUH KEPADA RASULULLAH SAWW

images

Pada bulan Juli 1951 sebuah tim yang terdiri
dari ahli-ahli Rusia melakukan penelitian terhadap
Lembah Kaat. Sepertinya mereka tertarik untuk menemukan
sebuah tambang baru di daerah tersebut.
Dalam penelitiannya mereka menemukan beberapa
potong kayu di daerah tersebut berserakan.
Mereka kemudian mulai menggali tempat tersebut
dengan tujuan untuk menemukan sesuatu yang berharga.
Tetapi alangkah terkejutnya mereka ketika menemukan
kumpulan potongan-potongan kayu tertimbun di situ.
Salah seorang ahli yang ikut serta memperkirakan,
setelah meneliti beberapa lapisanya, bahwa kayu-kayu
tersebut bukanlah kayu yang biasa, dan menyimpan rahasia
yang sangat besar di dalamnya.
Mereka mengekskavasi tempat tersebut dengan penuh keingintahuan.
Mereka menemukan cukup banyak potongan-potongan
kayu di daerah penggalian tersebut, dan
di samping itu mereka juga menemukan hal-hal
lain yang sangat menarik. Mereka juga menemukan
sepotong kayu panjang yang berbentuk persegi.
Mereka sangatlah terkejut setelah mendapati
bahwa potongan kayu yang berukuran 14 X 10 inchi
tersebut ternyata kondisinya jauh lebih baik
dibandingkan potongan-potongan kayu yang lain.
Setelah waktu penelitian yang memakan waktu yang
cukup lama, hingga akhir tahun 1952, mereka
mengambil kesimpulan bahwa potongan kayu tersebut
merupakan potongan dari bahtera Nabi Nuh a.s.
yang terdampar di puncak Gunung Calff (Judy).
Dan potongan (pelat) kayu tersebut,
di mana terdapat beberapa ukiran dari
huruf kuno, merupakan bagian dari bahtera tersebut.
Setelah terbukti bahwa potongan kayu
tersebut merupakan potongan kayu dari
bahtera Nabi Nuh a.s., timbullah pertanyaan
tentang kalimat apakah yang tertera di
potongan kayu tersebut. Sebuah dewan yang
terdiri dari kalangan pakar dibentuk oleh
Pemerintah Rusia di bawah Departemen Riset
mereka untuk mencaritahu makna dari tulisan
tersebut. Dewan tersebut memulai kerjanya pada
tanggal 27 Februari 1953.
Berikut adalah nama-nama dari anggota dewan tersebut:
1. Prof. Solomon, Universitas Moskow
2. Prof. Ifa Han Kheeno, Lu Lu Han College , China
3. Mr. Mishaou Lu Farug, Pakar fosil
4. Mr. Taumol Goru, Pengajar Cafezud College
5. Prof. De Pakan, Institut Lenin
6. Mr. M. Ahmad Colad, Asosiasi Riset Zitcomen
7. Mayor Cottor, Stalin College
Kemudian ketujuh orang pakar ini setelah
menghabiskan waktu selama delapan bulan
akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa
bahan kayu tersebut sama dengan bahan kayu
yang digunakan untuk membangun bahtera Nabi
Nuh a.s., dan bahwa Nabi Nuh a.s. telah meletakkan
pelat kayu tersebut di kapalnya demi keselamatan dari
bahtera tersebut dan untuk mendapatkan ridho Illahi.
Terletak di tengah-tengah dari pelat tersebut adalah
sebuah gambar yang berbentuk telapak tangan dimana juga terukir
beberapa kata dari bahasa Saamaani.
Mr. N.F. Max, Pakar Bahasa Kuno, dari Mancester, Inggris telah
menerjemahkan kalimat yang tertera di pelat tersebut menjadi:
“Ya Allah, penolongku! Jagalah tanganku dengan kebaikan dan bimbingan
dari dzatMu Yang Suci, yaitu Muhammad, Ali, Fatima, Shabbar dan Shabbir.
Karena mereka adalah yang teragung dan termulia.
Dunia ini diciptakan untuk mereka maka tolonglah aku demi nama mereka.”
Semuanya sangatlah terkejut setelah mengetahui arti
tulisan tersebut. Terutama yang membikin mereka
sangatlah bingung adalah kenapa pelat kayu tersebut
setelah lewat beberapa abad tetap dalam keadaan utuh dan tidak rusak sedikitpun.
Pelat kayu tersebut saat ini masih disimpan dengan
rapih di Pusat Penelitian Fosil Moskow di Rusia.
Jika anda sekalian mempunyai waktu untuk mengunjungi
Moskow, maka mampirlah di tempat tersebut, karena pelat
kayu tersebut akan menguatkan keyakinan anda terhadap kedudukan Ahlul Bayt a.s.
Terjemahan kalimat tersebut telah dipublikasikan antara lain di:
1. Weekly – Mirror, Inggris 28Desember 1953
2. Star of Britain , London , Manchester 23 Januari 1954
3. Manchester Sunlight, 23Januari 1954
4. London Weekly Mirror, 1Februari 1954
5. Bathraf Najaf , Iraq 2 Februari 1954
6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
7. Ellia – Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969

2 Oktober 2009 Posted by | Uncategorized | 6 Komentar

Ikhlas

images


الله SWT berfirman :

ألالله الدين الخالص

Iungatlah bagi Allah agama yang murni (Az-Zumar 3)

Dari sahabat Anas bin Malik bahwa RasuluLlah bersabda :

ثلاث لا يغل عليهم قلب مسلم : اخلاص العمل لله تعالى, ومناصحة ولاة الامور, ولزوم جماعة المسلمين

Tiga perkara yang tidak bisa dikhianati hati seorang muslim, yaitu keikhlasan amal karena Allah SWT, saling menasihati dalam penguasaan masalah, dan tetapnya jama’ah umat Islam.

Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Ikhlash adalah penunggalan Al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata, tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna-makna lain selain pendekatan diri kepada Allah SWT”. Bisa juga dikatakan bahwa ikhlas merupakan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.

RasuluLlah SAW pernah ditanya tentang makna ikhlas lalu dijawab :

سألت جبريل عليه السلام عن الاخلاص ماهو ؟ قال : سألت رب العزة عن الاخلاص ماهو ؟ قال سر من سرى استودعته قلب من احببته من عبادى

Saya bertanya kepada Jibril AS tentang ihklas, apakah itu ? kemudian dia berkata, ‘Saya bertanya Tuhan tentang ikhlas apakkah itu ?, dan Tuhanpun menjawab, ‘Ikhlas adalah Rahsia dari beberapa rahasia-Ku yang Aku titipkan pada hati orang yang Aku cintai diantara hamba-hamba-Ku.”

Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “ikhlas adalah keterpeliharaan diri dari keikut campuran semua makhluk. Shidiq (kebenaran) adalah kebersihan diri dari penampakan-penampakan diri. Orang yang ikhlas tidak memiliki riya dan orang yang sidiq tidak akan kagum pada dirinya sendiri”.

Dzunun Al-Mishri berkata, “Ikhlas tidak akan sempurna kecuali dengan sabar dan kebenaran di dalam ikhlas. Shidiq tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlas dan terus menerus di dalam ikhlas”. Abu Ya’qub As-Susi berkata, “Kapan saja seseorang masih memandang ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan”.

Dzunun Al-Mishri berkata, “Ada tiga alamat yang menunjukkan keikhlasan seseorang, yaitu keitadaan perbedaan antara pujian dan celaan, lupa memandang perbuatannya di dalam amal perbuatannya sendiri, dan lupa menuntut pahala atas amal perbuatannya di kampung akhirat”.

Abu Utsman Al-Maghribi mengatakan, “ikhlas adalah ketiadaan bagian atas suatu hal bagi dirinya. Ini adalah ikhlas orang kebanyakan. Adapun ikhlas orang khusus adalah apa yang terjatuh atau terlimpah pada mereka, bukan bersama mereka. Karena itu dari mereka muncul ketaatan dan diri mereka terpisah dari ketaatan itu sendiri. Mererka tidak memandang dan menghitung ketaatan yang terlimpahkan keada diri mereka. Demikian ini merupakan kelompok orang khusus”.

Abu Bakar Ad Daqaq berkata, “Kekurangan setiap orang yang ikhlas dalam keikhlasannya adalah kebiasaan melihat keikhlasannya. Jika Allah menghendaki memurnikan keikhlasan seseorang, maka Dia menggugurkan penglihatan keikhlasannya pada keikhlasannya, sehingga dia menjaid orang yang diikhlaskan atau dimurnikan, bukan orang yang ikhlas atau berusaha mensucikan diri.

Sahal bin AbduLlah mengatakan, “Tidak ada yang mengetahui orang yang riya’ selain orang yang ikhlas”. Abu Said mengatakan, “Riya’ orang-orang yang ahli ma’rifat lebih utama daripada ikhlas para murid”. Dzunun Al Mishri mengatakah, “Ikhlas adalah apa yang terpelihara daripada permusuhan yang merusak”. Abu Utsman Al-Hirri mengatakan, “Ikhlas adalah pelupaan penglihatan makhluk dengan keabadian memandang Sang Maha Pencipta”. Khudzaifah Al-Mar’isi berkata, “Ikhlas adalah penyamaan perbuatan-perbuatan hamba pada segi lahir maupun bathin”. Dikatakan juga bahwasanya ikhlas adalah apa yang dikehendaki Al-Haqq dan yang dimaksudkan tujuan shiddiq(kebenaran).

Terkadang juga ikhlas diartikan sebagai kepura-puraan tidak tahu daripada melihat berbagai amal perbuatan.

As-Sirry As-Saqaty mengatakan,”Barang siapa menghiasi dirinya untuk manusia dengan sesuatu yang tidak ada pada manusia, maka dia gugur dari pandangan Allah”. Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan,”Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, dan berbuat amal kenbajikan karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah pembebasan Allah pada anda dan keduanya”. Al-Junaid mengatakan, “Ikhas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya. Tidak ada malaikat yang mengetahui dan mencatatnya. Tidak ada syetan yang mengetahui dan merusaknya, dan tidak ada hawanafsu yang mengetahui lalu mencondongkannya”.

Ruwaim mengatakan, “Keikhlasan suatu perbuatan adalah ketiadaan kehendak bagi pemiliknya untuk mendapatkan ganti / pahala dari dua alam (dunia dan akhirat) dan ketiadaaan permintaan bagian dari dua malaikat (penjaga neraka dan surga).”

Ditanyakan kepada Sahal bin AbduLlah, “Hal apa yang paling berat bagi manusia ?”

“Ikhlas. Karena di dalamnya tidak ada tuntutan bagian bagi pelakunya”. Jawabnya. Sebagian ahli sufi juga ditanya tentang hal yang sama lalu dijawab, “”Hendaknya engkau tidak mempersaksikan amalmu selain kepada selain Allah SWT.”

Seorang sufi bercerita : Saya pernah masuk ke urmah Sahal bin AbduLlah pada hari jum’at sebelum salat dilaksanakan. Saya lihat di rumahnya ada seekor ular yang menmbuat saya mengedepankan seseorang dan mengakhirkan yang lain. Tiba-tiba Sahal berkata,”Masuklah, seseorang tidak takan mencapai hakikat iman sementara di permukaan bumi masih ada yang ditakutkan”.

“Apakah kamu hendak salat Jumn’at ?” Tanya dia kemudian.

Saya lantas berkata bahwa diantara kami dan masjid terdapat jarak sejauh perjalanan kaki sehari semalam. Saya menempuh jarak perjalanan itu dan tidak ada jarak lagi selain tinggal sedikit sehingga saya melihat masjid lalu saya masuk dan salat jum’at di dalamnya. Kemudian saya keluar dari masjid tiba-tiba Sahal berkata, “Orang-orang yang mengucapkan Laa Ilaaha IllaLlah sangat banyak, akan tetapi yang ikhlas sangat sedikit”.

Makhul berkata, “Tidaklah seorang hamba selama 40 hari mampu berbuat ikhlas melainkan sumber-sumber hikmah akan keluar dari hatinya melalui lidahnya”. Yusuf bin Husain berkata, “Paling mulia sesuatu di dunia adalah ikhlas. Betapa berat asaya berjuang menggugurkan riya dari hati saya tetapi seakan-akan riya masih tumbuh dengan warna yang lain”. Abu Sulaiman Ad-daraani berkata, “Jika seorang hamba ikhlas, maka rasa waswas dan riya akan terputus darnya”.

 

25 Juni 2009 Posted by | Risalah Al-Qusyairiyah | 1 Komentar

Abdullah bin Khubaiq

images

Namannya Abu Muhammad Abdullah bin Khubaiq, termasuk seorang Sufi yang sangat zuhud, berasal dari Kufah, tinggal di Antakia dan bersahabat dengan Yusuf bin Asbath.
Diantara mutiara nasehatnya adalah :

1. Jagalah 4 hal, tidak ada lainnya. Matamu. Lidahmu, hatimu, dan hawa nafsumu. Lihatlah matamu janganlah engkau pergunakan untuk melihat sesuatu yang tidak halal. Lihatlah lidahmu, janganlah berbicara sesuatu yang Allah tahu pembicaraanmu itu bertentangan dengan hatimu. Lihatlah hatimu jangan ada di dalamnya rasa dengki dan dendam terhadap seorang muslim. Dan lihatlah hawa nafsumu, janganlah menyenangi keburukan sedikitpun. Jika kamu tidak bisa menjaga empat hal ini, maka taburilah kepalamu dengan abu sungguh kamu telah celaka.

2. Janganlah kamu bersedih hati kecuali karena sesuatu yang akan mencelakakanmu esok (di akhirat). Dan janganlah kamu bersenang hati kecuali karena sesuatu yang akan menyenangkanmu esok.

3. Kebuasan hati seorang hamba terhadap kebenaran akan menjadikan haitnya buas. Seandainya mau mendekat kepada Tuhannya, pasti semua orang akan dekat dengan-Nya.

4. Takut yang paling berguna adalah takut yang bisa menahannya dari berbuat dosa, menjadikan hatinya menyesali kebaikan yang ditinggalkannya, menyadarkan pikiran untuk mengisi sisa-sisa umurnya. Sedangkan harapan yang paling berguna adalah harapan yang dapat meringankanmu untuk beramal baik.

5. senang mendegarkan kebathilan dapat melenyapkan manisnya ta’at di dalam hati.

24 Juni 2009 Posted by | Manakib Aulia yang lain | Tinggalkan komentar

Syaikh Ruslan Ad-Dimasyqi

Beliau adalah seorang syaikh terbesar di Syam dan kepala para wali. Beliau dianugerahi berbagai karamah dan beberapa kejadian supranatural. Beliau menduduki puncak ma’rifat dan hakikat serta kedekatan. Dikaruniai pula ketersingkapan (kasyaf) luar biasa.

Beliau adalah seorang imam disiplin ilmu ini dan salah satu yang ditampakkan oleh الله kepada makhluknya, yang dijadikanNya diterima di hati semua orang berkat karismanya. Kepada beliau dipercayakan pendidikan para murid di Syam dan kebersamaan dengan dirinya telah memberikan manfaat kepada banyak orang. Para ulama dan syaikh memberikan penghormatan dan kemuliaan kepada beliau yang dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai penjuru dunia.

Beliau adalah seorang yang gagah dan sangat sopan berakhlak mulia dan memiliki pernyataan yang sangat berharga dalam metodologi hakikah.

Diantara pernyataannya adalah :

“Musyahadah” (penyaksian) seorang arif berarti ditahannya diri dari segala sesuatu dan ditampakkan ma’rifah. Hal tersebut dikarenakan seorang arif adalah seorang yangwaashil (yang telah sampai). Hanya saja rahasia Ilahi yang diberikan kepadanya berbentuk global melalui sinar-Nya yang menjadikannya (si penerima) dapat menyingkap pemandangan gaib dan rahasia pengetahuan semesta. Dia adalah orang yang diambil dari “dirinya” kemudian dikembalikan dan dikokohkan hatinya. Diambil darinya kedekatan dan dikembalikan atasnya kesucian dan dikokohkan dalam dirinya kekhususan. Kedekatan membuatnya menyaksikan Dia. Kesucian menjadikannya menggapai maqam tajrid dan kekhususan menjadikannya mencapai maqam tafrid. Keterisolasiannya membuatnya ada. Keberadaannya adalah penampakannya, dan penampakannya adalah penyaksiannya. الله SWT berfirman, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatn mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan…..”. dan yang dimaksud penglihatan tersebut adalah penglihatan bathin.”

Syaikh Abu Muhammad Ibrahim bin Mahmud Al-Ya’la berkata :

“Pada suatu hari di musim panas, Syaikh Ruslan sedang berada di kebunnya bersama para sahabat. Salah seorang sahabat bertanya kepada beliau, “Tuanku, apakah yang dimaksud seorang wali yang telah mencapai maqam tamkiin(kekokohan) ?”. beliau menjawab, “Apabila Allag telah menganugerahkan kepadanya otoritas luar biasa “.

“Tuanku, apa cirinya?” tanya orang tersbut

Beliau kemudian bangkit dan mengambil empat buah tongkat lalu beliau memisahkan satu buah tongkat dan berkata, “ini adalah musim panas”…dan begitu pula dengan ketiga tongkat lainnya beliau beri nama sesuai nama musim yang ada.

Setelah itu beliau megambil tongkat musim panas dan menggoyang-goyangkan tongkat teesebut. Seketika itu pula udara mehjadi sangat panas. Kemudian beliau melemparkan tongkat tersebut dan mengambil tongkat musim gugur dan mengoyangkannya, seketika terjadilah musim gugur beserta dedaunan yang gugur dengan anginnya. beliau kemudian menggoyangkan tongkat musim dingin. Maka angin musim dingin pun bertiup dan udara berubah menjadi sangat dingin membekukan dedaunan yang ada di sekitarnya. Setelah itubeliau menggoyang-goyangkan tongkat beliau. Maka kemudian pepohonan menghijau, ranting serta dahan bertumbuhan dan angin musim semi berhembus.

beliau kemudian bangkit ke salah satu pohon, menggoncangnya dan berkata kepada burung yang ada di pohon tersebut, “Jika engkau memuji kepada Tuhanmu maka berkicaulah dengan suara indah yang memukau mereka yang mendengarnya”. beliau melakukan hal tersebut kepada seluruh pohon dan burung yang ada. Maka mereka semua mentaatinya kecuali seekor burung. Kepada burung ini beliau berkata, “Aku tidak menginginkanmu”. Maka seketika burung tersebut jatuh ke tanah dan mati.

Diriwayatkan pada suatu hari datanglah 15 orang pria dan pada sat itu beliau hanya memiliki 5 pootong roti. Setelah mencampurnya dengan lauk, beliau menghidangkan roti tersebut seraya berkata, “بسم الله الرحمن الرحيم” Yaa الله bekahilah apa yang telah Engkau anugerahkan kepada kami sesungguhnya Engkau Sebaik-baik Pemberi Rejeki. Lalu mereka memakannya samapi kenyang, bahkan sisa roti tersebut beliau potong dan beliau bagikan kepada mereka yang kemuidan mereka santap sepanjang perjalanan.

Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Kurdi meriwayatkan :

“Aku pernah melihat sang syaikh melayang di udara, berjalan di udara, berjalan bak anak panah dan berjalan di atas air. Aku juga pernah melihat beliau berada di Arafah dan Masy’aril Haram saat melaksanakan ibadah haji. Sayangnya aku kehilangan jejaknya.

Setelah kembali aku betanya kepada penduduk Damaskus menegenai hal tersebut maka mereka bersumpah bahwa sang syaikh selalu bersama mereka selama musim haji kecuali pada hari arafah, hari Nahr dan hari Tasyriq.

Suatu hari aku juga melihat seekor singa sedang bergelung di kakinya dan beliau sedang tenggelam dalam kondisi spiritual. Di hari yang lain aku melihat beliau sedang berada di dekat Damaskus melempar kerikil. Saat aku bertanya mengapa mereka melakukan hal tersebut, beliau menjawab, ini adalah anak panah untuk mereka orang-orang eropa (afranj)”. Saat itu bala tentara muslim memang sedang mengejar pasukan eropa sampai ke pantai. Setelah itu para tentara muslim bercerita bahwa banyak batu berjatuhan dari langit dan menimpa kepala-kepala tentara eropa. Bebatuan yang dilemparkan sang syaikh banyak menyebabkan tentara eropa yang tewas.

Sang syaikh tinggal di Damaskus dan meninggal di sana. Ketika keranda yang berisi jenasah beliau diusung, orang-orang melihat seekor burung hijau bertengger di atas kerandanya dan mereka melihat para satria yang menunggangi kuda berwarna putih dan hitam mengelilingi jenazah tersebut.

20 Juni 2009 Posted by | Manakib Aulia yang lain | Tinggalkan komentar

Kisah Bal’am dan wabah Tha’un

images

Suatu hari Nabi Musa AS dan puluhan ribu orang Bani Israil singgah di Kan’an, salah satu wilayah di Syam-Syiria. Melihat kedatangan mereka, segeralah warga Kan’an mengadukan mereka kepada Bal’am, seorang tokoh yang sangat disegani. “Orang ini adalah Musa bin Imran yang memimpin Bani Israil. Dia datang untuk mengusir kami lalu menempati negeri kami padahal kami tidak memiliki tempat tinggal. Engkau adalah orang yang doanya makbul, maka doakanlah mereka dengan keburukan”. Kata warga Kan’an.

Mendengar itu justru Bal’am marah. “Celakalah kamu. Yang bersama Nabi الله itu adalah para malaikat dan orang-orang yang beriman. Bagaimana mungkin aku mendoakan mereka dengan nasib buruk padahal aku mengetahui dari الله apa yang aku ketahui “. Katanya. Karena mereka terus membujuk, akhirnya Bal’am terpengaruh juga. Maka Bal’am pun mengendarai keledainya menuju gunung Husban, tempat tinggal Nabi Musa AS berkemah. Namun belum jauh berjalan, keledainya berhenti. Mungkin karena kelelahan, maka iapun turun dan beristirahat sejenak. Tak lama kemudian ia melanjutkan perjalanan. Tetapi belum jauh berjalan, keledainya berhenti lagi. Anehnya dengan izin اللهkeledai itu dapat berbicara.

“Celakalah kamu wahai Bal’am, hendak pergi ke mana kamu ?, apakah kamu tidak melihat para malaikat di depanku yang memalingkan wajahnya ?, apakah kamu hendak menemui Nabi الله dan orang-orang mukmin untuk mendoakan dengan sesuatu yang buruk?” kata keledai.

Tetapi karena telah dikuasai hawa nafsu, Bal’am tidak menghiraukan perkataan keladai tersebut, bahka ia semakin kuat memukul hewan tunggangan itu. Akhirnya dengan terpaksa keledai itu menuruti perintah tuannya, berjalan sampai di puncak gunung Husban.

Sesampai di puncak gunung itu serta merta Bal’am pun mendoakan sesuatu yang buruk untuk Nabi Musa AS dan kaumnya. Akan tetapi ketika ia memulai doanya, الله SWT mengubah gerakan-gerakan lidahnya, sehingga yang keluar dari mulunya adalah doa yang sangat baik untuk Nabi Musa AS dan kaumnya, dan mendoakan sesuatu yang buruk untuk kaum Kan’an.

Mendengar hal itu kaum Kan’an kaget . “Hai Bal’am, apa yang kamu lakukan ?, kamu telah mendoakan dengan sesuatu yang baik kepada mereka dan mendoakan sesuatu yang buruk untuk kami ?”kata mereka.

“Sesungguhnya doa yang keluar dari mulutku tadi bukan karena kemauanku akan tetapi kekuasaan dan kehendakاللهSWT yang sama sekali tidak aku sadari”. Jawab Bal’am. Kemudian Bal’am berkata lagi kepada kaumnya,”Kalau begitu aku akan membuat tipu daya dan muslihat dikalangan Bani Israil”.

Maka dikumpulkanlah beberapa wanita cantik, mereka diberi pakaian yang indah dengan perhiasan dan wewangian. Dengan dibekali beberapa barang dagangan yang menarik, mereka dikirim ke perkemahan Nabi Musa AS.

“Suruh mereka menuruti keiinginan orang-orang yang ingin berzina, agar mereka semua celaka”. Kata Bal’am kepada kaumnya.

Tak lama kemudian, para wanita cantik itu tiba di perkemahan Nabi Musa AS. Salah seorang diantara mereka adalah Kasbi binti Suar, berjalan di depan kemah Zamri bin Syalum. Maka kepala suku Syam’un itupun terpesona hatinya lalu membawa Kasbi menghadap Nabi Mus AS.

“Mungkin Tuan akan mengatakan bahwa wanita ini adalah haram bagiku, karena itu Tuan melarangku untuk mendekatinya”. Kata Zamri.

“Benar, wanita ini diharamkan bagimu, jangan dekati dia”. Jawab Nabi Musa AS.

“Demi الله , pada masalah yang satu ini aku tidak akan menta’atimu”. Kata Zamri. Segera setelah itu ia membawa wanita tersebut ke dalam kemahnya. Dan terjadilah apa yang diperkirakan oleh Bal’am.

Tak lama kemudian الله SWT menurunkan wabah Tha’un (kolera) di kalangan Bani Israil. Ketika penyakit itu mewabah, Fanhash bin Al-Aizar bin Harun, sahabat Nabi Musa AS sedang pergi. Saat kembali ke perkemahan dan mendengar mewabahnya penyakit Tha’un tersebut, ia segera mengambil sebilah tombak lalu menyergap Zamri dan membawa keluar lelaki dan perempuan itu dari kemah.

Sungguh ajaib, setelah itu penyakit Tha’un yang menewaskan lebih dari 70.000 orang Bani Israil, segera hilang lenyap. Di dalam Al-Qur’an, kisah tentang Bal’am bin Wara’ tersebut terekam dalam Surah Al-A’raf 175-177 sebagai pelajaran bagi umat. Tiga ayat itu dimaksudkan sebagai perumpamaan mengenai orang yang telah dianugerahi ilmu oleh الله SWT tetapi tidak mengamalkannya dan sebaliknya malah menyimpang dari nikmat yang diberikan.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah agar orang – orang yang berilmu mau berhati-hati, takut kepadaالله dalam menggunakan ilmunya, dan mengamalkannya untuk mencapai ketinggian derajat, kemuliaan serta bermanfaat bagi orang lain bukan untuk merendahkan derajat kemanusiaan.

30 Mei 2009 Posted by | Al-Kisah | 1 Komentar

Pelajaran Hakikat رسول الله SAWW

imagesرسول الله SAWW terlambat hadir di masjid untuk mengimami salat subuh karena bermimpi mendapat pelajaran hakikat dari الله SWT.

Sejak azan subuh berkumandang sampai menjelang fajar, رسول الله SAWW belum muncul di masjid. Para sahabat menjadi gelisah. Beberapa sahabat diutus menemui رسول الله SAWW di rumah beliau, namun yang lain mencegah sebab mereka yakin bahwa رسول الله SAWW akan hadir. Maka merekapun menunggu رسول الله SAWW sembari membaca Al-Qur’an.
Tak lama kemudian رسول الله SAWW masuk ke dalam masjid dan memerintahkan salah seorang sahabat untuk membaca iqamat. Kemudian beliau menjadi imam dan mempercepat shalatnya. Seusai salam, beliau membaca doa dengan suara keras. Suaranya yang jernih penuh wibawa menggetarkan para jama’ah lalu beliau bersabda, “Tetaplah kalian pada shaf masing-masing”.
رسول الله SAWW lalu mengahadap ke arah jama’ah dengan pandangan yang sejuk. Wajahnya yang putih bersinar menandakan suasana hati yang sedang gembira. Mata beliau yang indah dan tajam menatap jama’ah satu per satu. Para jama’ah tertunduk tidak berani menatap wajah رسول الله SAWW yang agung.
Sejurus kemudian beliau bersabda, “Aku akan memberi tahu kalian apa yang menyebabkan aku terlambat datang. Semalam aku bangun mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat. Dalam shalatku aku tertidur karena kantuk yang amat berat. Ternyata aku bermimpi bersama الله SWT dalam Rupa yang sangat gemilang”.
Setelah diam sejurus, beliau meneruskan sabdanya, “DIA berfirman, ‘”Wahai Muhammad”. Aku menjawab, ;’Labbaika Yaa Rabb”.
”Mengapa para malaikat berselisih ?”
“Hamba tidak tahu”.
Lalu رسول الله SAWW melanjutkan ceritanya, “الله SWT bertanya sampai tiga kali, kulihat DIA meletakkan telapak TanganNYA di atas bahuku, hingga dapat kurasakan dingin Jari-Jari NYA di dadaku. Segala sesuatu nampak jelas di depanku, dan aku mengetahuinya. Lalu DIA berfirman lagi, “’Wahai Muhammad”’.
“Labbaika Yaa Rabb”.
“Tentang apa para malaikat berselisih ?”
Tentang penebus-penebus dosa”.
“Apa penebus-penebus dosa itu ?”
“Langkah menuju kebaikan, duduk di masjid setelah shalat, mengguyurkan air wudhu pada saat-saat tidak disukai”.
“Tentang apa mereka berselisih ?”
“Tentang memberi makan, ucapan yang lemah lembut, shalat malam ketika manusia tertidur nyenyak”.
“Mintalah !”
“Yaa الله sesungguhnya aku mohon kepadaMU taufik untuk mengerjakan hal-hal yang baik, meninggalkan yang munkar, mencintai orang-orang miskin dan agar ENGKAU mengampuniku dan merahmatiku jika ENGKAU hendak menimpakan cobaan”.
Setelah itu رسول الله SAWW membaca sebuah doa pendek yang semalam dipanjatkan kepada الله SWT, “ALLAHUMMA INNY AS-ALUKA CHUBBAKA WA CHUBBA MAN YUHIBBUKA WA KULLA AMALIN YUQARRIBUNY ILAA CHUBBIKA”. (Yaa الله aku mohon kepadaMU kecintaanMu dan kecintaan orang-orang yang mencintaiMU , serta kecintaan kepada amal yang mendekatkan kepada kecintaan kepadaMU )
Kemudian dengan suara yang sangat pelan sementara mata beliau yang sangat mulia berkaca-kaca – رسول الله SAWW mengakhiri sabdanya, “ini adalah pelajaran hakikat maka pelajarilah”.
Sumber majalah Al-Kisah

26 Mei 2009 Posted by | Al-Kisah | 2 Komentar

Istiqamah

images

بسم الله الرحمن الرحيم

الله SWT berfirman: الله SWT berfirman :

ان الدين قالواربنا الله ثم استقامو تتنزل عليهم الملائكة ألا تخافوا ولا تحزنوا ان الدين قالواربنا الله ثم استقامو تتنزل عليهم الملائكة ألا تخافوا ولا تحزنوا

وأبشروابالجنة التي كنتم توعدون (فصلت 30) وأبشروابالجنة التي كنتم توعدون (فصلت 30)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah الله Kemudian mereka meneguhkan (pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata),” Janganlah kamu Merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (mendapatkan) surga yang الله telah dijanjikan kepada kamu. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah الله kemudian mereka meneguhkan (pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (mendapatkan) surga yang telah dijanjikan الله kepada kamu. (QS: Fushilat 30). (QS : Fushilat 30).

Dari Tsauban dari Nabi SAW diceritakan Bahwa beliau bersabda: Dari Tsauban dari Nabi SAW diceritakan bahwa beliau bersabda :

استقيمواولن تحصوا, واعلموا ان خير دينكم الصلاة, ولن يحافظ على الوضوء الا المؤمن استقيمواولن تحصوا, واعلموا ان خير دينكم الصلاة , ولن يحافظ على الوضوء الا المؤمن

“Istiqamahlah kamu dan janganlah sekali-kali menghitung-hitung (amal) mu. “ Istiqamahlah kamu dan janganlah sekali-kali menghitung-hitung (amal)mu. Ketahuilah Bahwa Amalan Sebaik-baik agamamu adalah shalat. Ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan agamamu adalah shalat. Dan tidak ada yang mampu menjaga wudhu selain orang mukmin “ Dan tidak ada yang mampu menjaga wudhu selain orang mukmin”

Suatu Istiqamah adalah derajat yang dengannya akan terwujud kesempurnaan dan kelengkapan perkara Kebajikan. Istiqamah adalah suatu derajat yang dengannya akan terwujud kesempurnaan dan kelengkapan perkara kebajikan. Istiqamah dengan berbagai kebaikan dan koordinasi Sistematika kebaikan menjadi ada. Dengan istiqamah berbagai kebaikan dan koordinasi sistematika kebaikan menjadi ada. Orang yang tidak bisa Menjalankan Istiqamah di dalam ibadahnya, maka usahanya menjadi sirna dan perjuangannya dihitung gagal. اللهberfirman: Orang yang tidak bisa menjalankan istiqamah di dalam ibadahnya, maka usahanya menjadi sirna dan perjuangannya dihitung gagal. اللهberfirman :

ولا تكونوا كا التي نقضت غزلهامن بعض قوة أنكاثا ولا تكونوا كا التي نقضت غزلهامن بعض قوة أنكاثا

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang-benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi tercerai berai”.Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang-benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi tercerai berai”.

Barang siapa tidak Istiqamah dalam menetapi sifat baiknya, maka ia tidak bisa memperbaiki dan meningkat dari satu Maqam ke Maqam berikutnya serta tidak bisa mempertegas kepastian perilakunya mengarah kepada kebaikan. Barang siapa tidak istiqamah dalam menetapi sifat baiknya, maka ia tidak bisa memperbaiki dan meningkat dari satu maqam ke maqam berikutnya serta tidak bisa mempertegas perilakunya mengarah kepada kepastian kebaikan. Istiqamah Merupakan syarat utama bagi pemula dalam menjalani perjalanan sufi. Istiqamah merupakan syarat utama bagi pemula dalam menjalani perjalanan sufi. Sebagaimana keharusan orang yang makrifatuLlah untuk tetap beristiqamah dalam etika pengetrapan berbagai tahapan tahapan akhir pengarungan sufi. Sebagaimana keharusan orang yang makrifatuLlah untuk tetap beristiqamah dalam pengetrapan berbagai etika pengarungan tahapan tahapan akhir sufi. Maka diantara tanda-tanda bagi sufi pemula Istiqamah adalah ketiadaan perubahan pelaksanaan ibadahnya, meski hanya sekejap. Maka diantara tanda-tanda istiqamah bagi sufi pemula adalah ketiadaan perubahan pelaksanaan ibadahnya, meski hanya sekejap.Sedangkan tanda-tanda dari Istiqamah sufi yang berada di tengah-tengah perjalanan sufinya adalah keharusan dia untuk tidak menyelai tahapan-tahapan dari satu perjalanan sufinya Maqam ke Maqam berikutnya atau pemberhentian dengan istirahat. Sedangkan tanda-tanda istiqamah dari sufi yang berada di tengah-tengah perjalanan sufinya adalah keharusan dia untuk tidak menyelai tahapan-tahapan perjalanan sufinya dari satu maqam ke maqam berikutnya dengan pemberhentian atau istirahat. Adapun bagi sufi pamungkas, diantara tanda-tandanya adalah ketiadaan intervensi ketertutupan (hijab atau tabir yang menghalangi pemunculan kepada kemakrifatannya الله) dalam keberlangsungan ma’rifatuLlah. Adapun bagi sufi pamungkas, diantara tanda-tandanya adalah ketiadaan intervensi ketertutupan (hijab atau pemunculan tabir yang menghalangi kemakrifatannya kepada الله) dalam keberlangsungan ma’rifatuLlah.

Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan, “Istiqamah Putaran memiliki tiga Tingkatan. Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan, “Istiqamah memiliki tiga putaran tingkatan. Pertama adalah Penegakan, kemudian berdiri, dan akhirnya Istiqamah (kontinyu). Taqwim / Penegakan Merupakan proses latihan nafsu. Iqamah / berdiri Merupakan pendidikan hati. Pertama adalah penegakan, kemudian berdiri, dan akhirnya istiqamah (kontinyu). Taqwim / penegakan merupakan proses latihan nafsu. Iqamah / berdiri merupakan pendidikan hati. Dan Pendekatan Istiqamah adalah rahasia-rahasia. Dan istiqamah adalah pendekatan rahasia-rahasia.

Dalam hal ini kaitannya dengan ayat, “Kemudian mereka ber Istiqamah” Abu Bakar As-shidiq mengartikan, “mereka tidak syirik”. Dalam hal ini kaitannya dengan ayat, “ kemudian mereka ber istiqamah” Abu Bakar As-Shidiq mengartikan, “mereka tidak syirik”. Sementara Umar RA menafsiri Sebagai orang yang pergi ke sana ke mari seperti serigala yang Berjalan berputar-putar dalam keadaan miring. Pernyataan Abu Bakar RA mengandung makna Memperhatikan kejelian dalam dasar-dasar tauhid, Sedangkan Umar RA Pernyataan menyiratkan makna pelepasan tuntutan Penafsiran dan konsistensi dalam menetapi syarat perjanjian. Sementara Umar RA menafsiri sebagai orang yang pergi ke sana ke mari seperti serigala yang berjalan berputar-putar dalam keadaan miring. Pernyataan Abu Bakar RA mengandung makna kejelian dalam memperhatikan dasar-dasar tauhid, sedangkan pernyataan Umar RA menyiratkan makna pelepasan tuntutan penafsiran dan konsistensi dalam menetapi syarat perjanjian.

Ibnu Atha ‘mengatakan, “Istiqamahlah kalian penyatuan dalam kesendirian hati dengan الله.” Ibnu Atha’ mengatakan, “ Istiqamahlah kalian dalam penyatuan kesendirian hati dengan الله .”

Abu Ali Al-Jauzajani RA berkata, “jadilah Pelaku Istiqamah dan jangan Menuntut Karamah. Abu Ali Al-Jauzajani RA berkata, “jadilah pelaku istiqamah dan jangan menuntut karamah. Dirimu selalu bergerak dalam pencarian Karamah, Sedangkan Tuhanmu menuntutmu untuk tetap dalam Istiqamah “. Dirimu selalu bergerak dalam pencarian karamah, sedangkan Tuhanmu menuntutmu untuk tetap dalam istiqamah”.

“Suatu hara Saya Lihat Nabi SAW dalam mimpi”, cerita Ali As-Syabawi, “lalu saya bertanya kepada beliau,” Bahwa Tuan Diceritakan dari Tuan pernah berkata, ” ‘Surah Hud menjadikan rambutku beruban. “Suatu hara saya melihat Nabi SAW dalam mimpi”, cerita Ali As-Syabawi, “lalu saya bertanya kepada beliau, “Diceritakan dari Tuan bahwa Tuan pernah berkata, “’Surah Hud menjadikan rambutku beruban. Apa yang membuat Tuan rambut beruban? Apa yang membuat rambut Tuan beruban ? apakah kisah-kisah para Nabi atau kerusakan umat? “. apakah kisah-kisah para Nabi atau kerusakan umat ?”. Kemudian Beliau menjawab, “Bukan itu akan tetapi firman-Nya yang berbunyi:kemudian Beliau menjawab, “Bukan itu akan tetapi firman-Nya yang berbunyi :

فا ستقم كما أمرت فا ستقم كما أمرت

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar Sebagaimana diperintahkan kepadamu. Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu . (QS Hud 112) (QS Hud 112)

Bahwa dikatakan tidak ada yang kuat menjalani Istiqamah kecuali orang-orang yang Berjiwa Besar Menuntut Istiqamah karena pengeluaran diri dari apa-apa yang dijanjikan dan pemisahan dari legitimasi (Pengakuan atau stempel) dan adat.Dikatakan bahwa tidak ada yang kuat menjalani istiqamah kecuali orang-orang yang berjiwa besar karena istiqamah menuntut pengeluaran diri dari apa-apa yang dijanjikan dan pemisahan dari legitimasi (pengakuan atau stempel) dan adat.Berdiri tegak di hadapan الله memang harus didasarkan pada hakikat kebenaran. Berdiri tegak di hadapan الله memang harus didasarkan pada hakikat kebenaran . karena itu Nabi SAWW bersabda: karena itu Nabi SAWW bersabda :

استقيموا ولن تحصوا استقيموا ولن تحصوا

“Istiqamahlah kalian dan jangan sekali-kali menghitung-hitung (amal bagusmu)Istiqamahlah kalian dan jangan sekali-kali menghitung-hitung (amal bagusmu)

Istiqamah adalah sifat akhlak sempurna, tanpa Istiqamah akhlak akan menjadi buruk “. Istiqamah adalah sifat akhlak sempurna, tanpa istiqamah akhlak akan menjadi buruk”. Kata Muhammad Al Wasithi. Kata Muhammad Al Wasithi.

“Istiqamah adalah pada waktu anda penyaksian Bersamaan dengan pelaksanaannya”. “Istiqamah adalah penyaksian anda pada waktu bersamaan dengan pelaksanaannya”. Nasihat Dalf As-Syibli.Nasihat Dalf As-Syibli.

Bahwa dikatakan Istiqamah dalam kata-kata adalah dengan Meninggalkan ghaibah (Berbisik membicarakan kejelekan orang lain). Dikatakan bahwa istiqamah dalam kata-kata adalah dengan meninggalkan ghaibah (berbisik membicarakan kejelekan orang lain). Meninggalkan dengan perbuatan dalam bid’ah, intensivikasi dalam perilaku peniadaan dengan penangguhan, dan dalam peniadaan Ahwal dengan jilbab. Dalam perbuatan dengan meninggalkan bid’ah, dalam intensivikasi perilaku dengan peniadaan penangguhan, dan dalam ahwal dengan peniadaan hijab.

Imam Abu Bakar Muhammad bin Husain bin Furak mengatakan, “Istiqamah adalah dosa dosa dalam penuntutan. Imam Abu Bakar Muhammad bin Husain bin Furak mengatakan, “ sin dalamistiqamah adalah sin penuntutan. Artinya para sufi Pelaku pelurusan Meminta sikap pada Al-Haqdengan didasarkan pada nilai-nilai tauhid, kemudian mereka mempunyai kekuasaan atau kekuatan menjaga janjinya dan Batasan-Batasan hukumnya “. Artinya para pelaku sufi meminta pelurusan sikap pada Al-Haq dengan didasarkan pada nilai-nilai tauhid, kemudian mereka menepati janjinya dan menjaga batasan-batasan hukumnya”.

Ketahuilah Bahwa keabadian Istiqamah mengharuskan Karamah. الله SWT berfirman:Ketahuilah bahwa istiqamah mengharuskan keabadian karamah. الله SWT berfirman :

وأن لواستقامواعلى الطريقة لآسقيناهم مأء غدقا وأن لواستقامواعلى الطريقة لآسقيناهم مأء غدقا

“Dan Jika mereka tetap Berjalan mulus (Istiqamah) di atas jalan itu (agama Islam), tentu Kami akan benar-benar memberi minum kepada mereka air yang segar (rizki yang banyak). (Al Jin 16) “Dan jika mereka tetap berjalan mulus (istiqamah) di atas jalan itu (agama Islam), tentu Kami akan benar-benar memberi minum kepada mereka air yang segar (rizki yang banyak). ( Al Jin 16)

الله tidak mengatakan “saqaiNaahum” yangbermakna Kami memberi minum kepada mereka, akan tetapi mengatakan, “Asqainaahum” yangbermakna Kami benar-benar memberi minum kepada mereka. الله tidak mengatakan “saqaiNaahum” yang bermakna Kami memberi minum kepada mereka, akan tetapi mengatakan ,”Asqainaahum” yang bermakna Kami benar-benar memberi minum kepada mereka. Arti ini mengandung makna keabadian. Arti ini mengandung makna keabadian.

Al-Junaid bercerita: Saya pernah Bertemu seorang pemuda di bawah pohon besar di daerah pedalaman. Al-Junaid bercerita : Saya pernah bertemu seorang pemuda di bawah pohon besar di daerah pedalaman. Pemuda Ini merupakan salah seorang sufi murid yang sedang menjalani laku bathin. Pemuda ini merupakan salah seorang murid sufi yang sedang menjalani laku bathin. Dia sedang duduk di bawah pohon Suatu besar. Dia sedang duduk di bawah suatu pohon besar.

“Apa yang membuatmu duduk di sini?” Tanya saya.“Apa yang membuatmu duduk di sini ?” tanya saya.

“Mencari hal yang hilang”. “Mencari hal yang hilang”. jawabnya jawabnya

Sayapun berlalu meninggalkannya. Sayapun berlalu meninggalkannya. Ketika pulang dari haji, saya mendapatkan pemuda tadi berpindah tempat duduk di dekat pohon besar. Ketika pulang dari haji, saya mendapatkan pemuda tadi berpindah tempat duduk di dekat pohon besar.

“Apa yang membuatmu pindah dan duduk di sini?”“Apa yang membuatmu pindah dan duduk di sini ?”

“Saya Menemukan apa yang saya cari ternyata ada di tempat ini. “Saya menemukan apa yang saya cari ternyata ada di tempat ini. Karena itu saya pindah dan menetapinya “. Karena itu saya pindah dan menetapinya”.

Al-Junayd heran dan bergumam, “Saya tidak tahu, mana yang lebih mulia. Al-Junaid heran dan bergumam, “Saya tidak tahu, mana yang lebih mulia. Apakah tetapnya (Istiqamah) karena pencarian sesuatu hal yang hilang atau tetapnya pada Suatu tempat yang di dalamnya diperoleh apa yang dikehendakinya “. Apakah tetapnya (istiqamah) karena pencarian sesuatu hal yang hilang atau tetapnya pada suatu tempat yang di dalamnya diperoleh apa yang dikehendakinya”.

15 Mei 2009 Posted by | Risalah Al-Qusyairiyah | 1 Komentar

Adil terhadap diri dan keluarga

images

Dan wajib bagi kamu untuk berlaku adil kepada orang-orang yang berada di bawah asuhanmu, baik berkenaan dengan makna adil secara umum ataupun khusus, dan menjaga mereka dengan penjagaan yang sebenar-benarnya dan membimbing mereka, karena الله Ta’ala akan bertanya kepadamu perihal mereka. Bukankah setiap penggembala akan dipertanyakan tentang gembalaannya, terutama gembalaanmu yang khusus yaitu anggota badanmu yang tujuh macam seperti lisan, pendengaran, pemglihatan, perut, alat kelamin, tangan dan kaki.

Selengkapnya baca di sini

20 April 2009 Posted by | Risalah Al-Muawwanah | 1 Komentar

Terjebak dalam Kegelapan

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani An-Naqshbandi QS
Lefke, Cyprus

A’uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa Shahbihi ajma’iin

Uwais al-Qarani RA (para Awliya dimakamkan di dekatnya) tidak tidur, beliau hidup, di perut bumi. Awal mula kufur adalah keyakinan bahwa di dalam kuburnya, orang tidur dalam jangka waktu yang tak terhingga. Artinya, kalian tidak pernah bangkit lagi. Ketika kalian tidur—berakhirlah sudah, kalian tidur dan tidak pernah bangun lagi. Itulah pola pikir orang-orang yang bersifat materialis dan atheis.

Baca selengkapnya di sini

17 April 2009 Posted by | Artikel sufi | Tinggalkan komentar

Sekedar Tafakur

Suatu saat saya berfikir mengapa bola lampu di dalam ruang tamu saya dapat berpijar.

Terlintaslah di benak saya bahwa bola lampu itu dapat bersinar karena adanya arus listrik.

ternyata arus listrik saja belum cukup untuk membuat bola lampu itu bersinar.

Bagaimana mungkin arus listrik dapat sampai ke dalam rumah saya sementara sumbernya berada nun jauh sana di pembangkit tenaga listrik.

Singkat cerita maka ditariklah kabel listrik yang terbuat dari bahan konduktor yang dapat menghantarkan listrik, begitu terus memanjang hingga sampai ke rumah saya sehingga arus listrik dapat sampai.

Baca Selengkapnya di sini

17 April 2009 Posted by | Artikel sufi | 1 Komentar

Kimiya Kebahagiaan- Pendahuluan

PENDAHULUAN

Ketahuilah bahawa manusia ini bukanlah dijadikan untuk gurau-senda atau “sia-sia” saja.  Tetapi adalah dijadikan dengan ‘Ajaib sekali dan untuk tujuan yang besar dan mulia.  Meskipun manusia itu bukan Qadim (kekal dari azali lagi),  namun ia hidup selama-lamanya.  Meskipun tubuhnya kecil dan berasal dari bumi,  namun Ruh atau Nyawa adalah tinggi dan berasal dari sesuatu yang bersifat Ketuhanan.  Apabila hawa nafsunya dibersihkan sebersih-bersihnya,  maka ia akan mencapai taraf yang paling tinggi.  Ia tidak lagi menjadi hamba kepada hawa nafsu yang rendah.  Ia akan mempunyai sifat-sifat seperti Malaikat.

14 Februari 2009 Posted by | Kimiya Kebahagiaan | Tinggalkan komentar